Tak Sekedar Nilai Tambah, Pemenuhan Standar Mutu Produk Penting Agar Diterima Pasar

 Tak Sekedar Nilai Tambah, Pemenuhan Standar Mutu Produk Penting Agar Diterima Pasar

Suasana bimtek desain dan diversifikasi produk kerajinan logam di Kabupaten Bangli, Senin 11 Oktober 2021.

BANGLI – baliprawara.com

Pemenuhan standar mutu sebuah produk, bukanlah sekedar nilai tambah, namun sudah menjadi prasyarat bagi sebuah produk untuk dapat masuk dan diterima pasar. Dengan kemajuan teknologi, ketentuan standar mutu akan semakin ketat dan menjadi fungsi yang melekat pada daya saing sebuah produk. Untuk meningkatkan standar mutu sebuah produk, digelar Bimtek Desain dan Diversifikasi Produk Kerajinan Logam di Kabupaten Bangli, di LC Uma Bukal, Br. Pande, Bangli, Senin 11 Oktober 2021.

“Dalam industri kerajinan logam, produk yang dihasilkan harus bermutu dan memiliki desain yang menarik serta sesuai dengan selera pasar. Di samping itu, semakin meningkatnya kesadaran konsumen dan semakin terbukanya pilihan yang dimiliki oleh konsumen untuk menentukan produk yang dibelinya, menjadikan kualitas suatu produk yang memenuhi standar amatlah penting,“ kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Provinsi Bali Wayan Jarta dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Bidang Perindustrian Disperindag Provinsi Bali I. A. Putu Kalpikawati. 

Dikatakanya, pemenuhan standar mutu produk harus didukung Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada dan bekal pengetahuan yang dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam mengembangkan kerajinan logam. “Dalam mendukung peningkatan SDM pengrajin guna meningkatkan produktivitas dan kualitas produk, kami Pemprov Bali menggelar kegiatan ini. Sehingga harapan terpenuhinya standar mutu produk oleh UMKM Bali khususnya pengrajin logam bisa tercapai. Karena sesuai harapan Pimpinan (Gubernur Bali-red), kegiatan harus menyasar pengembangan UMKM. Karena seperti diketahui UMKM menjadi sektor terdepan saat pandemi saat ini. Tetap bisa eksis, walaupun sektor lainnya kena imbas sebagai pendukung sektor pariwisata yang terpuruk saat ini,” bebernya.

 

Sementara itu, mewakili Kadisperindag Bangli, Ketut Sadya menyampaikan apresiasi atas kegiatan yang digelar Pemprov Bali ditengah pandemi. Dimana pengrajin tetap bisa berkesempatan mengasah kemampuan dan keterampilannya, untuk peningkatan kualitas produk-produk yang dihasilkan.

“Kami berharap bimtek tidak berhenti sampai disini saja, tetapi bisa terus berlanjut, bisa mengaktualisasikan materi pelatihan dalam produktivitas sehari-hari,” ujarnya sembari menyatakan siap mendukung dan memfasilitasi program yang dilaksanakan Pemprov Bali.

Disisi lain, salah seorang Pengrajin Wayan Suadnya, yang ditemui di sela-sela pelatihan menyampaikan keluh kesah imbas pandemi covid 19 terhadap order kerjaan. Dimana biasanya saat kondisi normal, dirinya sampai kewalahan melayani order pengerjaan. Namun saat ini terkadang tanpa orderan dalam 1 bulannya. 

Menyiasati keadaan, Ia pun mulai melayani order pengerjaan dari konsumen langsung, semisal pembuatan saung pengutik, keris dan sebagainya. Ia pun menceritakan tahapan pengerjaan yang bisa menghabiskan waktu mulai 2 hari untuk jenis orderan kecil dan tingkat kerumitan rendah seperti jenis gelang kana, hingga 5 hari untuk ukuran besar dan kerumitan tinggi. Untuk sistem pengerjaan biasanya menggunakan sistem kerjasama antara pengrajin dengan pihak pemilik usaha pengrajin. Para pengrajin mengerjakan mulai desain mal, menyiapkan bahan dasar, natah, menghaluskan hasil tatahan, hingga pemasangan cangkok (pernak-pernik dan permata). Sedangkan untuk finishing mulai pelapisan perak, emas, polish dan pemasangan kain dikerjakan oleh pemilik usaha kerajinan.

 

“Kalau saya mengerjakannya dari nol, mulai membikin desain, hingga pemasangan cangkok, terkadang hingga pelapisan perak, emas dan kain, pokoknya hingga selesai. Namun seringan tahap finishing dikerjakan pemilik. Untuk biaya pengerjaan, mulai 200 ribu untuk ukuran kecil, hingga 500 ribu untuk yang besar. Kalau kondisi normal dengan orderan yang ada, ekonomi keluarga bisa stabil. Kalau seperti sekarang benar-benar kelimpungan,“ bebernya.

Ditambahkan Ketut Purnawan, pemilik usaha pengrajin perak PRizel, dirinya mulai fokus menggeluti usaha perak sejak tahun 2004, sedangkan sebagai pengrajin dilakoni sejak duduk dibangku SMA. Usahanya yang mempekerjakan sekitar 30 orang pengrajin freelance, saat situasi normal memiliki omset 100 juta hingga 200 juta per bulannya.

“Kalau saat ini benar-benar tidak menentu. Masih sih ada orderan, tapi jumlahnya sangat turun jauh dibanding sebelum pandemi,” ungkapnya sembari menceritakan hasil produksinya selain dijual di salah satu toko yang dimilikinya, juga dijual ke toko-toko penjual kerajinan, galery maupun ada yang dipesan khusus oleh para seniman.

Acara Bimtek dilaksanakan selama 5 hari mulai 11-15 Oktober 2021, di tempat usaha milik Ketut Purnawan yang memiliki fasilitas kerajinan memadai. Acara diikuti oleh 30 orang pengrajin se kecamatan Bangli. Acara pembukaan turut dihadiri Camat Bangli dan Lurah Cempaga. (MBP)

 

redaksi

Related post